Benarkah Saham-saham Berbasis ESG Lebih Tangguh?
Investasi saham berbasis Environment, Social, Governance
atau ESG tengah tren belakangan ini. Bahkan banyak pihak memprediksi
saham-saham berbasis ESG akan menjadi primadona dan berpeluang rebound di tahun
ini.
Investor semakin banyak tertarik dengan saham perusahaan
yang menerapkan praktik environmental (lingkungan), social, dan governance
(tata kelola perusahaan) yang baik. Dengan tata kelola ESG, investor yakin
bahwa saham tersebut bisa resilience.
“Lebih resilience. Resilience itu kata kunci yang dicari banyak
investor saat ini. investor akan mencari perusahaan-perusahaan yang tangguh,”
kata Direktur dan Head of Marketing & Product Development PT BNP Paribas
AM, Maya Kamdani dalam Workshop Jurnalis di Jakarta, Kamis (02/03/2023).
Bahkan, Maya memprediksi ke depannya saham-saham ESG akan
menjadi mainstream di bursa perdagangan saham di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan
emiten lainnya akan mengambil langlah memperbaiki tata kelola sesuai kriteria
ESG.
Dalam slide yang dipaparkan Maya dari riset Bloomberg yang
dioleh PT BNP Paribas AM, selama periode Juni – Desember 2022, indeks SRI-Kehati
menunjukkan kinerja yang lebih perform dibandingkan dengan indek saham lainnya
seperti IDX ESGL, IDX80, IDX30, dan LQ45.
Bahkan volatility of local indices dari indeks SRI-Kehati lebih
rendah dibandingkan indeks saham lainnya. “Dalam asset atau investment, perlu
adanya penyesuaian faktor risiko dengan jenis investasi. ESG menjadi salah satu
bentuk risk management dalam berinvestasi,” ucap Maya menambahkan.
Di tingkat global, jumlah saham berbasis ESG naik cukup
signifikan. Tahun 2021, jumlah emiten ESG tumbuh 43,5 persen dibanding tahun
2020. Pada tahun 2022, jumlah emiten ESG di dunia meningkat signifikan 55
persen melebihi 50.000 index globally di seluruh kelas aset.
Sementara Assets Under Management (AUM) ESG tahun 2022 diperkirakan tumbuh melebihi USD41 triliun dan menjadi USD50 triliun pada 2025 atau naik sepertiga dari global AUM.
“Kinerja ESG index di masa krisis
menunjukkan kinerja kumulatif yang lebih baik dengan tingkat volatilitas yang
lebih rendah selama masa pandemi,” ungkap Maya.