BNI Cetak Laba Bersih Tertinggi Sepanjang Sejarah
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau
BNI mencatat dari laba bersih konsolidasi yang tercatat Rp18,31 triliun.
Laba bersih tersebut naik signifikan sebesar 68 persen secara tahunan atau year
on year (yoy), dan menjadi perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah
BNI.
Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 telah mencapai Rp
646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9
persen yoy, diikuti dengan Net Interest Margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8
persen. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari
debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur.
Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan
Current Account Saving Account (CASA) yang kuat sebesar 10,1 persen yoy yang
dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA,
melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan
reliable.
Baca juga: Kuartal III 2021, BNI Raih Pertumbuhan Laba
Bersih Rp7,7 Triliun
Pertumbuhan fee-based income (FBI) pun tercatat sebesar 8,7
persen yoy menjadi Rp14,8 triliun. Hal ini dicapai dengan melakukan pergeseran
pola pertumbuhan FBI untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya
transfer melalui program BI Fast sejalan dengan trend menurunnya transaksi
transfer antar bank.
BNI secara inovatif berhasil menumbuhkan pendapatan non
bunga yang memberi value-added bagi nasabah. Contohnya di retail banking, fitur
billpayment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp300
miliar ke pendapatan, atau tumbuh 18 persen yoy.
Selain itu, di segmen Business Banking, BNI semakin aktif
dalam memfasilitasi sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp1 triliun ke
pendapatan non bunga, atau naik 100 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca juga: LPS Naikkan Tingkat Bunga Penjaminan Simpanan Jadi 4,00 Persen
Hasil kinerja yang positif ini berdampak pada
Pre-provisioning Operating Profit (PPOP) yang dibukukan sebesar Rp34,4 triliun
atau tumbuh 10,8 persen yoy. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit
melalui kebijakan perkreditan yang efektif mampu menekan rasio NPL sebesar 90
basis point (bps) secara tahunan menjadi 2,8 persen.
Jumlah kredit yang direstrukturisasi dengan stimulus COVID-19
juga terus menurun nilainya menjadi Rp49,6 triliun atau setara 7,8 persen dari
total kredit. Penurunan terutama berasal dari sektor-sektor yang paling
terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi.
Baca juga: Bank Indonesia Kembali Naikkan Suku Bunga
Acuan Jadi 5,75 Persen
Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis debitur di sektor
tersebut mulai kembali pulih. Trend positif pada kualitas aset ini juga
mendorong pembentukan beban CKPN menjadi lebih rendah sehingga Cost of Credit
membaik dari 3,3 persen di tahun sebelumnya menjadi 1,9 persen.
“Pertumbuhan PPOP yang kuat dan diikuti dengan perbaikan
kualitas aset ini membuat kami mampu menutup 2022 dengan capaian yang
menggembirakan. Laba bersih ini adalah tertinggi sepanjang sejarah dan berada
di atas ekspektasi pasar,” kata kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam
keterangan tertulisnya.