Investasi Hijau Kian Memukau Tahun Depan, Pahami Jurusnya Sebelum Terjun
Pemerintah terus menggalakkan penanaman modal atau investasi
di bidang ekonomi hijau. Indonesia memang memiliki potensi besar dalam sektor
ini. Bank Indonesia memproyeksikan, potensi nilai investasi di sektor bisnis
yang berkaitan dengan ekonomi hijau ini mencapai lebih dari 600 miliar dolar
AS.
Sejumlah sektor yang diprediksi bakal menjadi primadona
investasi hijau pada tahun depan antara lain pengembangan energi baru
terbarukan dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Besarnya prospek
ekonomi hijau ini memerlukan dukungan dari sektor lain, seperti sektor keuangan
dan swasta.
Pasalnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
diperkirakan hanya mampu mendukung sekitar 34 persen kebutuhan investasi hijau.
Tak mengherankan, jika dalam satu tahun terakhir, industri perbankan dan
pembiayaan makin gencar menerbitkan instrumen investasi hijau dalam bentuk
obligasi hijau (green bond).
Baca juga: Bersiap Hadapi Resesi, Ini
Strategi Perkuat Bisnis Tahun 2023
Berdasarkan data industri perbankan nasional, per kuartal
III 2022, sejumlah bank nasional tercatat telah menyalurkan lebih dari Rp 690
triliun kredit hijau. Namun, ekonomi dan investasi hijau sejatinya tidak hanya
berkaitan dengan sektor-sektor tersebut.
Lebih luas lagi, ekonomi hijau adalah adalah proses
pengembangan ekonomi yang tetap memperhatikan dampak lingkungan, seperti
tingkat karbon di udara, efisiensi sumber daya alam, dan dampak sosial.
Ekonomi hijau berfokus pada proyek atau bisnis ramah
lingkungan, yang pada praktiknya menerapkan konsep environmental, social, and governance (ESG)
sehingga bisnis bisa tetap berkelanjutan dan mempertahankan dampaknya.