Riset Amartha: UMKM Indonesia Siap Hadapi Gejolak Ekonomi Makro
PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) melakukan riset terhadap
240 mitra Amartha untuk mengetahui sejauh apa dampak resesi global terhadap
kelangsungan usaha UMKM. Riset ini menemukan, 56,3 persen mitra UMKM melakukan
penghematan dalam membelanjakan uang karena adanya kenaikan harga bahan pokok.
Namun, sebanyak 82 persen responden tetap berhasil
meningkatkan pendapatan usahanya dan mereka percaya bahwa kondisi ekonomi ini
akan membaik dalam kurun waktu enam bulan ke depan.
Berdasarkan laporan Sustainability Report 2021, mitra
Amartha berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 37,5 persen, jauh lebih besar
dibanding angka inflasi tahun 2022 yang berkisar di angka lima persen. Dengan
peningkatan pendapatan tersebut, mitra UMKM Amartha memiliki resiliensi yang
cukup kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Baca juga: Jaga Credit Score dan Cashflow
Sebelum Mengajukan Kredit UMKM
Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha
menyampaikan, tujuan Amartha melakukan riset dampak resesi global terhadap UMKM
akar rumput ini adalah untuk mengetahui sejauh apa kondisi ekonomi makro
mempengaruhi ketahanan UMKM.
“Ini sangat penting, agar Amartha dapat mengambil langkah
yang strategis dalam mendampingi dan mendukung pertumbuhan usaha mitra sehingga
tercipta UMKM yang lebih tangguh,” kata Aria dalam keterangan tertulis yang
dterima Duitologi, Senin (19/12/2022).
Riset yang bertajuk ‘Impact of the Global Recession to the
Grassroots Economy’ tersebut, dilakukan di tiga wilayah operasional Amartha
yakni di pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Metode riset menggunakan kuesioner
yang fokus pada pengukuran perilaku dalam membelanjakan uang, kapabilitas untuk
membayar angsuran, dan tingkat kepercayaan diri untuk terus berusaha.
Baca juga: Survei OJK: Indeks Literasi
dan Inklusi Keuangan 2022 Meningkat
Pada aspek perilaku dalam membelanjakan uang, responden
merasa bahwa kenaikan harga bahan pokok membuat mereka harus menghemat
pengeluaran. Namun, pengeluaran yang dikurangi terbatas pada hal-hal non
esensial saja seperti pengeluaran untuk hiburan.
Sedangkan pengeluaran pokok seperti bahan pangan, biaya
listrik, paket data, dan uang sekolah anak, tetap menjadi prioritas yang bisa
dipenuhi. Dengan cara ini, mitra UMKM tetap dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
sembari terus meningkatkan produktivitas usahanya.
Aria mengungkapkan, temuan lain yang cukup menarik juga
dapat dilihat pada aspek kapabilitas dalam membayar angsuran pinjaman. Apabila
mitra memiliki beberapa pinjaman, hampir 90 persen mitra UMKM Amartha
menyatakan bahwa mereka akan mengutamakan untuk melunasi pinjaman dari Amartha
terlebih dahulu.
Baca juga: LPS: Literasi Keuangan Dapat
Memperkecil Dampak Kejahatan Siber
“Ini karena adanya sistem tanggung renteng dengan anggota
majelis, serta adanya keinginan untuk terus bermitra dengan Amartha dan bisa
memperoleh jumlah pinjaman yang lebih besar. Relasi dengan tenaga lapangan juga
berperan besar, karena mereka yang senantiasa mendampingi usaha mitra UMKM
Amartha,” lanjut Aria.
Sedangkan pada aspek kepercayaan diri untuk terus berusaha,
82 persen mitra UMKM percaya bahwa kondisi pelemahan ekonomi ini akan membaik
dalam waktu enam bulan ke depan. Tingkat kepercayaan ini dipengaruhi oleh
motivasi para mitra UMKM untuk terus meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan
memastikan anak-anaknya tetap dapat sekolah.
Baca juga: Dukung Kesetaraan Gender,
Amartha Tunjuk CPO dan CFO Perempuan
Aria mengungkapkan, UMKM terbukti memiliki resiliensi yang
cukup kuat. Di kala pandemi pun, UMKM dapat bangkit dengan cepat dan
beradaptasi dengan digitalisasi yang masif. Maka, tantangan ekonomi makro yang
diprediksi akan terjadi tahun depan, justru menjadikan UMKM sebagai peluang
untuk menggerakkan roda ekonomi.
“Aktivitas UMKM cukup stabil di tengah gejolak ekonomi makro, karena pelanggan UMKM umumnya berasal dari segmen pasar lokal. Oleh sebab itu, UMKM dapat menjadi alternatif dalam berinvestasi, karena potensi pertumbuhannya masih sangat besar,” pungkas Aria.