Industri Fintech Lending Mampu Perkecil Credit Gap di Indonesia
Ekonomi digital Indonesia diperkirakan
tumbuh hingga USD130 miliar pada 2025, salah satunya dipengaruhi oleh adopsi
layanan keuangan digital. Dengan pergerakan
yang menunjukkan peningkatan signifikan, layanan keuangan digital atau financial technology (fintech) dipercaya mampu mendorong
akselerasi pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI) Adrian Gunadi mengatakan,
lahirnya industri fintech lending yang didorong tingginya credit
gap di Indonesia, yakni mencapai Rp1.650 triliun per 2018, khususnya di kalangan
masyarakat unbanked dan underserved.
Menurutnya, industri fintech lending terbukti
dapat memberikan kemudahan layanan finansial di tengah masih banyaknya
masyarakat Indonesia masih masuk ke dalam kategori unbanked. Kehadiran fintech
lending diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dari masalah ini.
Baca juga: AppsFlyer: Industri Pasar Aplikasi Fintech
Melambat di Indonesia
Hingga September 2022 saja, Industri ini berhasil
mencatatkan agregat penyaluran pendanaan mencapai Rp455 triliun yang disalurkan
oleh 960.396 pemberi pinjaman atau lender kepada 90,21 juta penerima
pinjaman atau borrower.
“Ini adalah bukti nyata kontribusi fintech
lending dalam memeratakan inklusi keuangan di Indonesia," katanya dalam
konferensi pers pra-acara Indonesia Fintech Summit (IFS) di Gedung OJK, Senin
(07/11/2022).
Indonesia Fintech Summit (IFS) 2022 untuk keempat kalinya
ini akan berlangsung pada 10-11 November 2022 di Bali. 4th IFS 2022
diharapkan dapat menjadi wadah untuk mempertemukan para
pendiri fintech lokal dan internasional, regulator, lembaga keuangan,
investor, akademisi, dan pemangku kepentingan utama lainnya.
Baca juga: Peran Kecerdasan Buatan di Masa Depan
Industri Perbankan
Dalam kegiatan 4th IFS 2022 para stakeholder dapat membahas
topik industri dan peraturan terkini, mengembangkan jejaring, serta merumuskan
strategi atau aksi advokasi guna mempercepat digitalisasi pada industri jasa
keuangan serta mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Pada kesempatan itu, Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) Triyono menyampaikan, penguatan sektor keuangan digital ini
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi supply dan demand.
Di sisi supply, saat ini OJK berkolaborasi dengan
seluruh elemen ekosistem keuangan digital tengah mempersiapkan infrastruktur
seperti e-KYC, tanda tangan elektronik, dan digital ID serta perangkat keamanan
siber yang diyakini mampu meningkatkan tata kelola dan tingkat keamanan dalam
bertransaksi melalui layanan dan produk keuangan digital.
Baca juga: Survei: Ada Kesenjangan Aspirasi dan
Persiapan Masyarakat dalam Melindungi Masa Depan
“Di sisi demand, masyarakat juga harus disiapkan dengan
literasi keuangan digital yang memadai sehingga paham akan risiko-risiko dalam
bertransaksi melalui produk dan layanan keuangan digital. Saya kira peran
asosiasi juga cukup sentral di kedua sisi,” ujarnya.
Acara IFS 2022 yang memasuki tahun keempat ini digagas oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), dan digelar atas sinergi dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI). Acara ini menjadi bukti nyata perkembangan pesat ekosistem fintech di Tanah Air.