Analisa: Market Kripto Tiarap Kena Stabilitas Ekonomi AS
Menjelang akhir pekan, performa market kripto malah terkulai lemah, setelah dua hari
berturut-turut terus reli kencang. Pergerakan sejumlah aset kripto teratas
terjun ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Kenapa bisa begitu?
Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang
berkapitalisasi besar atau big cap anjlok ke zona merah pada perdagangan Jumat
(28/10/2022) pukul 13.00 WIB. Misalnya saja, dari pantauan CoinMarketCap, nilai
Bitcoin berada di harga US$20.292, turun 2,24% dalam 24 jam terakhir, meskipun
naik 6,44% sepekan terakhir.
Altcoin lainnya juga mengalami hal yang sama. Nilai Ethereum
(ETH) ikut tenggelam minus 3,01% ke US$1.506 sehari terakhir dan naik 17,02%
dalam sepekan. Cardano (ADA) dan Shiba Inu (SHIB) turun lebih dari 5%.
Baca juga: Aspakrindo dan DJP Kemenkeu Dorong Penerimaan PajakTransaksi Aset Kripto
Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, dalam sepekan terakhir
market kripto memiliki volatilitas yang tinggi dan memang terlihat tampak belum
mampu reli panjang. Hal ini disebabkan oleh laporan data ekonomi Amerika
Serikat yang membaik.
"Jelang akhir pekan ini, market kripto berbalik arah.
Investor tak sanggup melakukan akumulasi setelah adanya data terbaru soal
perkembangan laju ekonomi AS. Aset kripto terkulai setelah investor mencerna
hasil pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III," kata Afid.
Market Kripto Tertekan
Seperti diketahui, dari sisi makroekonomi, Biro Analisis
Ekonomi AS pada Kamis (27/10/2022) merilis pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,6%
pada kuartal III 2022, lebih baik dari ekspektasi analis 2,4%. Seharusnya,
pertumbuhan ekonomi di atas ekspektasi seharusnya menjadi sentimen positif bagi
aset berisiko.
Baca juga: Ramai RUU P2SK, Pelaku Industri Kripto Butuh Kepastian
Regulasi
Namun di sisi lain, para investor dilanda ketakutan bahwa
data makroekonomi AS yang cemerlang akan membuat bank sentral AS, The Fed,
semakin percaya diri untuk mengetatkan suku bunga acuannya.
"Dengan situasi ekonomi AS yang membaik bisa membuat
sinyal kepada The Fed untuk bisa menaikkan suku bunga acuannya. Mereka
mengganggap ini merupakan waktu yang tepat untuk menggejot suku bunga guna
menekan inflasi, tapi tidak berdampak buruk kepada ekonomi karena sudah mulai
rebound," terang Afid.
Selain perkara makroekonomi, pelemahan aset kripto ini juga disebabkan oleh ketakutan investor terhadap amblesnya kinerja saham AS, di mana banyak perusahaan raksasa teknologi mengalami performa yang buruk. Hal ini dapat dimaklumi mengingat aset kripto dan saham teknologi berkategori growth stocks memiliki profil risiko yang mirip.