B20 Indonesia Angkat Prinsip Investasi Perdagangan Berkelanjutan
Ketua Bidang UMKM/Industri Kecil dan Menengah (IKM) Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) Ronald Walla mengapresiasi penyelenggaraan The
Business 20 atau B20 ini agar para pengusaha UMKM/IKM mampu mengelola bisnis
yang berkesinambungan.
“Salah satu strategi bisnis yang ditekankan B20 ini adalah
pengusaha UMKM harus memahami rantai pasok secara lebih baik terhadap
keunggulan produk yang dimiliki sehingga memilki daya kompetitif yang baik bagi
perusahaan sehingga dapat memenuhi ekspektasi pelanggan,” ujar Ronald.
Penyelenggaraan G20 di Bali pada November mendatang akan
membahas secara khusus hal yang berkaitan dengan perdagangan dapat membuka
peluang besar dari pelaku UMKM untuk masuk ke dalam sistem rantai pasok global.
Para pemangku kepentingan dari seluruh dunia diyakini bisa memberikan akses
pelaku UMKM dari Indonesia masuk ke dalam sistem tersebut.
Baca juga: Forum B20 di Jawa Timur Fokus Pada Rantai
Pasok UMKM
Dengan pendekatan yang dilakukan selama gelaran G20 itu
diharapkan pelaku UMKM dalam negeri dapat secara inklusif masuk ke sistem
rantai pasok global. Ronald menyampaikan para penggiat UMKM dan pelaku usaha di
seluruh sektor industri untuk mempraktikkan model bisnis dan investasi yang
berkesinambungan berbasis prinsip ESG.
ESG ini telah populer di lima pasar utama Eropa, Amerika
Serikat, Jepang, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Investasi berkelanjutan
ini tentunya sangat mepertimbangkan lingkungan, sosial, dan tata kelola
perusahaan.
Perusahaan yang menjalankan konsep ESG akan lebih mudah
mendapatkan investasi dan menjadi pertimbangan dasar bagi para investor dalam
melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi atau tidaknya dalam suatu
perusahaan.
Baca juga: Indonesia Ingin Satukan Komunitas Bisnis
G20 Lewat Forum B20
“Perusahaan yang mengimplementasikan konsep ESG ini dapat
memberikan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan, ekologi, dan
masyarakat melalui pemberdayaan komunitas,” ucap Ronald.
Program Diplomat Succes Challenge (DSC)
Sejumlah lembaga nirlaba mengampanyekan praktik bisnis dan
investasi berbasis ESG. Wismilak Foundation, misalnya, menggelar program
Diplomat Succes Challenge (DSC) untuk mendorong pertumbuhan wirausahawan
berusia 20-45 tahun.
Program DSC yang dimulai sejak tahun 2010 ini merupakan
inkubator kewirausahaan yang memperkokoh ekosistem wirausaha di Indonesia,
serta mendukung bisnis berkelanjutan dalam ajang yang diselenggarakan B20.
Baca juga: Menaker: K3 Mampu Beri Dampak Signifikan
pada Pemulihan Ekonomi Nasional
Lishia juga mengapresiasi bahwa DSC merupakan salah satu
contoh yang bagus. Menurutnya program tersebut sangat komprehensif, pengetahuan
yang diberikan memperkaya secara bisnis, perilaku sebagai pelaku usaha,
dan etika berusaha.
Hal ini menjadi modal para peserta DSC untuk bisa berkembang
dan maju lebih besar. “Kualitas dari para pelaku usaha yang dijadikan
mentor-mentor itu juga sangat baik, serta kurasi program dan mentoring lanjutan
sangat berharga bagi para peserta,” pungkasnya.
Isu Keberlanjutan Lingkungan
Di sisi lingkungan, peran strategis Indonesia untuk
menanggulangi krisis iklim, yaitu restorasi sumber daya alam. Untuk dapat
merangkul stakeholder utama yaitu masyarakat desa yang dekat dengan hutan
tropis, gambut, dan lainnya, upaya yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan
masyarakat dan ekonomi (SIDAK).
“Perlindungan, pemberdayaan, dan komersialisasi produk
hutan, insentif dari warga desa adalah pemberdayaan secara ekonomi untuk mau
menjaga alam,” tutur Executive Director Yayasan Konservasi Alam Nusantara
(YKAN) Herlina Hartanto.
Baca juga: Lindungi Pekerja dan Bisnis, Kemenaker
Dorong Bangun Budaya K3
Di sisi pendanaan, Investment Director Angel Investment
Network Indonesia (ANGIN) Atika Benedikta menjelaskan, ada pendanaan alternatif
untuk lingkungan. Dijelaskannya, ANGIN menyediakan dana pada tahap alam, karena
belum ada format tersebut yang bisa diakomodir dari perbankan.
“Harus ada investor untuk program ini, investor memberikan dana melihat sisi produk dan proses produksi apakah ada prinsip ramah lingkungan. Investor atau perusahaan model ventura juga memiliki ketertarikan kepada UMKM yang ramah lingkungan dan berdampak sosial,” paparnya.