Industri Aset Kripto dan Blockchain Masih Jadi 'Lahan Segar' untuk Pemodal
Industri aset kripto dan blockchain masih menjadi fokus utama para investor modal
ventura atau Venture capital (VC), meski market sedang lesu. Bitcoin turun
hampir 70% dari level tertingginya pada akhir tahun 2021, ketika VC menarik
kembali investasi di sektor lain, aktivitasnya di startup kripto dan blockchain
tetap sibuk seperti biasanya.
Menurut Dove Metrics, ada 160 investasi publik oleh VC
kripto bulan Juli lalu dengan total pendanaan yang diraih mencapai US$ 1,91
miliar. JP Morgan mencatat sejauh ini pada tahun 2022, investasi VC di industri
kripto dan blockchain telah mencapai US$ 18,3 miliar. Itu hampir tiga kali
lipat jumlah yang diinvestasikan pada tahun 2020.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo),
Teguh Kurniawan Harmanda, mengatakan walau market aset kripto tengah bearish,
minat pemodal untuk mendanai startup atau proyek blockchain masih tinggi.
Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menentukan startup atau
proyek kredibel dan memiliki fundamental yang kuat untuk diinvestasikan.
Baca juga: Strategi Untung bagi Investor Kripto saat Sideways Market
"Crypto winter tidak menumpulkan selera investasi
venture capital. Saya melihat modal tersedia dan bisa digunakan untuk investasi
di startup kripto atau blockchain lainnya. Namun, beberapa VC kini lebih
selektif untuk menentukan startup atau proyek mana yang akan mereka
danai," kata pria yang akrab disapa Manda.
Investor Bakal Kalibrasi Ulang Fokus
Menurut Manda, saat ini VC akan semakin fokus untuk
melakukan due diligence yang ketat dalam membuat keputusan menggelontorkan dana
mereka. Perubahan perilaku VC ini sedikit berpengaruh melihat kondisi market
dan risiko ekosistem kripto dan blockchain yang masih pada masa tahap awal
perkembangan.
Pergeseran fokus ini berbeda pada bulan dan tahun
sebelumnya, fakta bahwa satu atau lebih dana VC telah diinvestasikan dalam
sebuah startup atau proyek yang biasanya cukup melihat perkembangan dari
lonjakan nilai token kripto dalam ekosistemnya. Namun, saat ini tidak
menjalankan metode seperti itu lagi.
Baca juga: Regulasi Kuatkan Bisnis Perusahaan Kripto Dalam Negeri
"Saat ini VC harus lebih berhati-hati dalam melakukan pendanaan
ke startup atau proyek kripto maupun blockchain. Banyak dari mereka telah
melihat nilai investasi dan reputasi bisa anjlok, karena proyek yang mereka
promosikan secara aktif mengalami kegagalan, seperti kasus Terra yang
menghantam seluruh industri kripto," jelasnya.
Tidak hanya VC, perusahaan besar atau institusi lainnya juga
mulai mantap memasuki industri kripto dan blockchain. Terbaru BlackRock yang
kini siap memberikan klien investor institusionalnya mereka akses ke investasi
aset kripto.
Baca juga: Teknologi Blockchain - Kripto Tawarkan Peningkatan Layanan
Keuangan
Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa perusahaan besar
yang sedang menjajaki pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi
blockchain yang memiliki keunggulan transparansi, kecepatan transfer data,
tingkat keamanan yang tinggi dan interoperabilitas.
"Saat ini ada beberapa perusahaan besar dari berbagai sektor, mulai industri hiburan, media hingga perbankan di Indonesia yang bersama kami melakukan pendekatan kerja sama untuk meningkatkan bisnis mereka melalui pemanfaatan blockchain. Jadi, meski market kripto secara khusus sedang lesu, teknologi backbone-nya, yaitu blockchain masih menjanjikan untuk jangka panjang. Ini seperti revolusi internet di tahun 1990-an lalu," pungkas Manda.