Kinerja Tengah Tahun, BRI Cetak Laba Bersih Rp24,88 triliun
Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau
BRI hingga akhir kuartal II 2022 berhasil mencatatkan laba bersih
senilai Rp24,88 triliun atau tumbuh 98,38% year on year (yoy) dengan total aset
meningkat 6,37% yoy menjadi Rp1.652,84 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pencapaian
tersebut tak lepas dari kemampuan BRI dalam melakukan strategic response yang
tepat. “Penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI mampu
tumbuh positif,” katanya dalam Pemaparan Kinerja Keuangan Kuartal II Tahun 2022.
Lebih lanjut, Sunarso menjelaskan, BRI dapat menjaga
sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama
pertumbuhan dana murah dan juga menjaga kualitas kredit terutama kredit yang BRI
restrukturisasi akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Per April 2022, Restrukturisasi Kredit
COVID-19 BRI Turun 55,57%
“BRI juga mampu mencatat pertumbuhan pendapatan non-bunga
yang semakin baik dengan ditopang naiknya transaksi e-channel. Selain itu,
Transformasi Digital melalui Business Process Reengineering mampu meningkatkan
produktivitas bisnis sekaligus menjaga efisiensi operasional,” ujar Sunarso.
Dari sisi pembiayaan, BRI Group berhasil menyalurkan kredit sebesar
Rp1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% yoy. Penyaluran kredit kepada seluruh
segmen pinjaman tercatat tumbuh positif, dengan penopang utama yakni segmen
mikro yang tumbuh 15,07%, segmen konsumer tumbuh 5,27%, segmen korporasi tumbuh
3,76% serta segmen kecil dan menengah tumbuh 2,71%.
“Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh
sebesar 9,81% dari Rp837,82 triliun di akhir Juni 2021 menjadi Rp920 triliun di
akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total
kredit BRI terus merangkak naik, menjadi sebesar 83,27%,” imbuhnya.
Baca juga: Laba Bersih Bank OCBC NISP Tumbuh 12% di Semester I Tahun 2022
Tingkat rasio NPL BRI secara konsolidasian terkendali di
level 3,26%. BRI menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas
potensi pemburukan kredit. NPL Coverage BRI tercatat sebesar 266,26% di akhir
Kuartal II 2022, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di
akhir Kuartal II 2021 yang sebesar 252,59%.
Strategi BRI dalam menjaga NPL yakni dengan selective
growth, berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur
minimum terhadap gejolak tersebut, seperti Pertanian, Industri bahan kimia,
serta makanan dan minuman.
“Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL yakni
selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan
mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft
landing strategy dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi
terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” ungkap Sunarso.
Baca juga: Pegadaian Raup Laba Bersih Rp1,77 Triliun di Semester I 2022
BRI juga berhasil mencatatkan kinerja positif dalam hal
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hingga akhir Kuartal II 2022, DPK BRI
tercatat tumbuh 3,70% menjadi Rp1.136,98 triliun. Dana murah (CASA) menjadi
pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, dimana secara year on year meningkat
sebesar 13,38%.
Apabila dirinci, Giro tercatat tumbuh 25,63% dan Tabungan
tumbuh 8,32%. Secara umum saat ini proporsi CASA BRI tercatat 65,12%, meningkat
signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni
sebesar 59,56%.
“Peningkatan CASA yang dilakukan oleh perseroan selaras
dengan transformasi yang sedang dijalankan BRI, dimana inisiatif strategis yang
dijalankan difokuskan untuk mengakselarasi CASA growth,” terang Sunarso.
Baca juga: CIMB Niaga Catat Laba Sebelum Pajak
Konsolidasi Tumbuh 17,8%
Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga
didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini
terlihat dari LDR bank secara konsolidasian yang terjaga di level 88,45% dengan
Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,06%.
“Strategi BRI yang terus fokus pada sustainability tidak hanya berdampak kepada kinerja keuangan yang positif, hal ini juga dinilai oleh berbagai pihak dari dalam maupun luar negeri secara independen dan transparan,” tambah Sunarso.