Kenali Risiko Penghambat Persiapan Dana Pendidikan Anak
Menyambut tahun ajaran baru yang akan dimulai pada Juli
mendatang, PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life) mengajak masyarakat untuk
mengenali sejumlah risiko yang bisa menghambat persiapan dana pendidikan anak.
VP, Head of Marketing & Branding and Digital Channel
Astra Life Windy Riswantyo selaku mengatakan, dana pendidikan bisa mencakup
persiapan jangka pendek yang dianggarkan setiap tahun ajaran baru, maupun
persiapan jangka panjang seperti untuk dana masuk pergururan tinggi.
Baca juga: Berapa Persen Dana yang Disisihkan untuk Pendidikan Anak?
“Keduanya memiliki risiko yang perlu untuk diantisipasi
dengan baik agar tidak mengganggu kestabilan finansial dan berdampak pada
persiapan dana pendidikan anak,” katanya. Berikut ini beberapa risiko yang
kerap menjadi penghambat dalam menyiapkan dana pendidikan anak:
1. Risiko Perencanaan Pendidikan yang Kurang Matang
Saat memutuskan untuk menikah dan memiliki anak, dana
pendidikan anak adalah hal yang penting untuk diperhitungkan dan disepakati
bersama pasangan. Penghitungan ini meliputi besaran biaya pendidikan anak mulai
dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi yang nantinya akan dialokasikan
secara rutin.
Pastikan perencanaan alokasi biaya sudah dipertimbangkan,
termasuk memilih sekolah mana yang tepat. Tidak ada salahnya mencari tahu lebih
awal besaran biaya iuran sekolah, biaya kursus, bahkan hingga biaya membeli keperluan
sekolah seperti seragam, buku pelajaran, hingga estimasi biaya yang diperlukan
untuk transportasi ke sekolah.
Baca juga: 6 Kesalahan dalam Merencanakan Dana Pendidikan Anak
Selain itu, perlu diantisipasi juga biaya pendidikan yang
disesuaikan dengan jenjang pendidikan, karena semakin tinggi tingkatan
pendidikannya, maka biaya yang dipersiapkan juga akan semakin besar. Tidak
kalah penting, alokasi biaya pendidikan anak juga perlu dibuat ke dalam pos
tabungan yang terpisah dengan pos tabungan lainnya agar bisa digunakan secara
tepat sesuai perencanaan.
2. Risiko Inflasi Biaya Pendidikan Anak
Selain perencanaan keuangan dengan alokasi dana pendidikan
secara rutin, faktor lainnya yang harus diperhitungkan adalah besaran inflasi
kebutuhan pendidikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021,
rata-rata inflasi biaya pendidikan di tingkat sekolah dasar hingga menengah
atas adalah 10- 15% per tahun dan di tingkat perguruan tinggi sebesar 30-45%
per tahun.
Agar tidak semakin terpaut jauh dengan besarnya nilai
inflasi, dana tabungan pendidikan anak bisa dialokasikan ke dalam berbagai instrumen
investasi untuk mendapatkan manfaat bunga, mulai dari deposito, emas, hingga
reksadana.
Baca juga: Lindungi Anak dengan Memberi Jaminan Pendidikan
Perlu diingat bahwa pendidikan anak adalah kebutuhan utama
yang perlu untuk dipenuhi. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari
mengalokasikan dana pendidikan pada instrumen investasi dengan risiko yang tinggi
agar dana pendidikan tetap aman.
3. Risiko Penanggung Dana Pendidikan Anak
Faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah risiko
penanggung biaya pendidikan anak yang umumnya adalah orangtua. Tidak dapat
dipungkiri bahwa orangtua juga memiliki peran besar sebagai pencari nafkah
keluarga, termasuk untuk pemenuhan kebutuhan biaya pendidikan anak.
Baca juga: Pilih Deposito atau Tabungan untuk Dana Pendidikan Anak?
Jika penanggung dana pendidikan anak mengalami hambatan
dalam mencari nafkah misalnya karena sakit, catat tetap atau tutup usia, maka
besar kemungkinan pendidikan anak juga ikut terhambat.
Oleh karena itu, penting untuk memitigasi risiko yang bisa terjadi kapan saja agar anak tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Mitigasi risiko ini bisa dilakukan melalui proteksi diri dan keluarga yang didapatkan dari produk asuransi jiwa.