Aset Kripto Bisa Jadi Pilihan Tepat Investasi
Perkembangan investasi aset kripto semakin hari terus menunjukkan hal
positif. Sebuah riset terbaru mengungkap aset kripto sudah menjadi salah satu
portofolio investasi dari banyak investor ritel di Asia, termasuk Indonesia.
Penelitian Accenture menyebutkan, investor di Thailand dan
Indonesia memiliki persentase aset digital terbesar dalam portofolio mereka
dibandingkan dengan investor di negara lain seperti India, Singapura, Jepang
dan China.
Di Indonesia, aset digital termasuk kripto memiliki porsi 9%
dibandingkan dengan alokasi untuk mata uang asing (5%), komoditas (6%), barang
koleksi (8%), properti (13%) hingga saham (15%).
Baca juga: Token Kripto Kategori Metaverse Diklaim Menjanjikan, Apa Penyebabnya?
VP Growth Tokocrypto Cenmi Mulyanto, melihat hasil survei
ini sebagai pembuktian bahwa para investor ritel sudah confidence dengan aset
digital, seperti kripto, stablecoin, NFT dan lainnya sebagai portofolio mereka
untuk mendapatkan keuntungan.
"Kripto sebagai aset digital kini sudah dilihat sebagai
aset yang menjanjikan. Meski, saham masih mendominasi portofolio investasi,
lambat laun para investor diyakini akan mulai memperlajari aset kripto. Terjadi
perubahan perilaku investor khususnya di kalangan anak muda yang mulai melihat
kripto sebagai ruang baru yang menjanjikan," kata Cenmi.
Baca juga: Ini Tanggapan Asosiasi Blockchain Indonesia Soal Pajak Aset Kripto
Menurut Cenmi, faktor yang mendukung berkembangnya
perdagangan aset kripto di Indonesia salah satunya adalah penawaran balik hasil
tinggi yang tidak kalah dengan instrumen investasi lainnya. Namun, ia kembali
mengingatkan investasi di sektor ini high risk, high return. Kondisi ekonomi
yang kurang kondusif juga mendorong investor lokal untuk mencari peluang
investasi tambahan.
"Tingkat adopsi kripto yang tinggi dapat, dikaitkan
dengan ancaman kenaikan inflasi, yang memaksa investor Indonesia untuk beralih
ke kripto sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian. Tidak mengherankan
jika orang Indonesia mencari solusi keuangan alternatif untuk mempertahankan
nilai tabungan mereka, lewat kripto ini, walaupun mengandung risiko cukup
tinggi," jelasnya.
Selain itu, penetrasi pasar terhadap tingginya penggunaan
smartphone, banyaknya penduduk usia produktif yang menggunakan smartphone,
serta tumbuhnya perhatian dan ketertarikan milenial terhadap inovasi teknologi.
Munculnya, NFT turut meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap investasi
aset kripto.
Baca juga: Investasi Aset Kripto Sebagai Sarana Pengembangan Ekonomi Anak Muda
"Pasar yang menjadi target investor aset kripto di
Indonesia adalah penduduk usia produktif 23-44 tahun. Rentang usis tersebut
sudah memiliki rencana keuangan yang baik hingga pendapatan yang tetap. Mereka
juga tertarik dengan teknologi blockchain yang mendukung eksistensi kripto
sebagai aset digital yang kini menjadi bagian dari gaya hidup anak muda,
seperti NFT," kata Cenmi.
Peminat aset kripto terus meningkat di Indonesia. Menurut
data Bappebti, transaksi tiga bulan pertama (Januari—Maret) pada 2022 yang
telah mencapai Rp 130,2 triliun. Selain itu, rata-rata kenaikan pelanggan aset
kripto mengalami penambahan sebesar 740.523 pelanggan tiap bulan. Hingga
kuartal I 2022, aset kripto di Indonesia tercatat memiliki 12,8 juta investor.
Perlu diketahui bahwa populasi investor kripto di Indonesia hanya terdiri dari sekitar 2,7 persen dari total populasi, 272 juta. Maka dari itu, masih sangat besar potensi yang belum dimanfaatkan di Indonesia dalam hal adopsi dan pertumbuhan aset kripto.