Beda Cara Mengatur Keuangan Dulu dan Sekarang
Kita sering mendengar ungkapan “uang tidak bisa membeli
kebahagiaan”. Ternyata ungkapan itu tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya,
segala kebutuhan kita memang membutuhkan uang. Ungkapan itu bisa muncul karena
kita kurang pandai dalam mengatur
uang.
Mengatur keuangan memang boleh dikatakan gampang-gampang
susah. Tergantung sebesar apa kita mau mengambil langkah berani untuk dispilin
dalam menggunakan uang. Membaginya sesuai porsi kebutuhan baik untuk keseharian
maupun untuk masa depan.
Kita juga masih terjebak dalam gaya pengelolaan yang masih
konvensional. Mengandalkan catatan, memasukkan uang dalam amplop yang ditulis
sesuai peruntukkan, atau membanginya dalam banyak rekening bank.
Baca juga: Jangan Pusing, Ini Cara Sederhana Mengatur Gaji Setara UMP
Kondisi itulah yang dijalani oleh ID (35) tahun, karyawan karyawan
di perusahaan swasta di Jakarta. Sebagai single income utama di keluarga, ia
bersama istri mengelola keuangan dengan membuka beberapa rekening sebagai
sarana penyimpanan uang.
Ada tiga rekening yang sudah dimiliki. Rekening pertama untuk
keperluan harian rumah, rekening kedua untuk tabungan, dan rekening ketiga
untuk biaya pendidikan anak. Setiap tanggal gajian, ID harus direpotkan dengan
transfer antarbank tersebut. Belum lagi ada biaya admin yang harus ia keluarkan
untuk sekali transfer.
“Iya, saat gajian, saya membagi uang manual untuk
sehari-hari, tabungan, dan sedikit investasi. Trus harus transfer ke
masing-masing rekening. Agak ribet sih, tapi harus dilakuin,” kata bapak satu
orang putri ini.
Biaya pendidikan yang setiap tahunnya naik, memaksa ia harus
bisa mengontrol keuangan dengan ketat. Meskipun nominal yang diinvestasikannya
tidak besar, setidaknya bisa sedikit melegakan dan mengurangi kebutuhan biaya
pendidikan sang anak di masa depan.
Tidak jarang, pos pengeluaran yang sudah diatur sedemikian
rupa masih saja kebobolan. Biasanya, kebutuhan harian membengkak, terpaksa ia
dan istri harus mengambil sebagian uang dari tabungan untk menutupinya.
“Kadang begitu. Ambil uang tabungan untuk nutup kebutuhan
harian. Padahal setiap gajian kami sudah susun pengeluaran apa saja. Yang pasti
dana pendidikan anak gak kami ganggu-gugat. Kami sepakat itu, soalnya untuk
masa depan anak,” ungkap pria asal Bogor, Jawab Barat ini.
Baca juga: Masyarakat Perlu Mengubah Cara Pandang Pengelolaan Keuangan
Kondisi seperti itu diakui ID berjalan cukup lama. Namun, tak
ada pilihan atau jalan lain selain itu. Kadang hanya untuk tahu berapa tabungan
atau dana pendidikan anak yang sudah tersimpan saja, ia pun harus membuka
aplikasi mobile banking dari masing-masing rekening tersebut.
“Ssatu waktu saya sempat ngomong sama istri, coba ya ada
bank yang punya fitur bisa nampung itu semua. Bisa atur keuangan keluarga,
tabungan, sama dana pendidikan anak. Enak kali ya, gak perlu repot transfer jadi
kan gak kena biaya admin. Cuma satu rekening bisa cek semuanya,” ceritanya.
Lanjutnya, hingga satu waktu, kurang lebih satu tahun lalu,
ID tahu ada aplikasi Jenius dari Bank BTPN
yang didengarnya dari rekan kantornya yang sudah lebih dulu punya rekening
Jenius. Penasaran, ia mulai sendiri dengan mencari informasi lewat internet.
Namun ada satu hal yang masih mengganjal di hati, yakni
label bank digital. Diakui ID, keraguan itu adalah hal yang sangat wajar karena
bank digital masih sangat baru dikenalkan. Terlebih orang-orang sudah sangat
familiar dengan bank konvensional.
“Awalnya saya ragu ketika pertama kali tahu aplikasi ini.
Bank digital, apalagi ini? Aman gak? Pertanyaan itu yang muncul dipikiran saya.
Akhirnya saya cari tahu lebih dalam soal Jenius dan bank digital ini. Sempat
juga tanya ke teman kantor yang sudah pakai aplikasi Jenius ini,” tuturnya.
Setelah cukip memahami, ia mengajak diskusi sang istri untuk
meminta pendapatnya. Sama sepertinya, istri ID pun masih ragu dengan Jenius
ini. Ia pun memberi pemahaman tentang apa yang diketahuinya baik dari internet
mapun dari teman sekantornya mengenai Jenius ini. Mereka berdua akhirnya
sepakat untuk membuka rekening Jenius.
Baca juga: Berinvestasi Jadi Lebih Mudah dengan Fitur Investasi Jenius
Kesan pertama saat membuka rekening Jenius adalah mudah dan
simpel. Semua aktivitas pembukaan rekening dilakukan secara digital lewat
smartphone. Mulai dari pengisian data diri, foto KTP, foto selfie dengan KTP,
proses verifikasi biometrik hingga video call dengan Jenius dilakukan secara
mudah dan cepat.
“Prosesnya mudah dan cepat, kurang lebih 30 menitan. Bahkan
pemberitahuan bahwa akun Jenius sudah aktif kurang dari satu jam. Pengriman m-Card
pun cepat. Ya, buat saya itu terbilang sangat cepat dan mudah,” ucap ID.
Ia mengungkapkan, alasan utamanya karena tertarik dengan
fitur Moneytory. Ia dan istri sudah tak perlu lagi repot mencatat pemasukan,
pengeluaran, dan selisih uang yang tersisa. Bahkan di fitur ini, bisa untuk
membuat budgeting.
Baca juga: 4 Tips Perencanaan Keuangan bagi Orangtua Baru
“Saya dan istri gak repot lagi mencatat pemasukan dan
pengeluaran secara manual karena semuanya ada dicatat transaksinya. Itu bisa
dilihat di aplikasi Jenius secara otomatis. Saya jadi tahu pengeluaran mana
yang paling besar,” ujar ID.
Sekitar dua bulan kemudian, ia menggunakan Flexi Saver dan
Maxi Saver untuk keperluan tabungan dan deposito. Fitur Flexi Saver dijadikan
sarana tabungan, sedangkan Maxi Saver dimanfaatkan untuk menampung deposito
dana pendidkan anak.
‘Bunga di Flexi Saver itu bisa setara dengan deposito. Tabungan
ini bisa ditarik dan disetor sesuka kita. Kalau Maxi Saver saya ambil karena
bentuknya deposito berjangka yang bisa kita kelola, dan dicairkan hanya lewat
smartphone,” ungkapnya.
“Iya saya tahu, sekarang Jenius ada fitur investasi yang
baru. Yang saya tahu, kita bisa membuka akun reksa dana, memilih produk,
bertransaksi. Bahkan kita juga bisa memantau portofolio secara langsung dari
aplikasi Jenius,” jelas ID.
Digital Banking Business Product Head Bank BTPN Waasi B.
Sumintardja menjelaskan, instrumen investasi di Jenius lebih menekankan pada
simplicity. Jenius meluncurkan fitur Investasi untuk menjawab kebutuhan mereka
yang ingin mulai berinvestasi dengan simpel langsung dari aplikasi Jenius.
“Jenius bisa dimanfaatkan untuk mengelola pengeluaran, melakukan
budgeting atau membuat tabungan masa depan, dan juga bisa dipakai untuk memulai
investasi khususnya di reksa dana,” papar Waasi dalam acara Kelas Finansial: Pengelolaan
Keuangan yang lebih Smart pada Tahun 2022, Jumat (4/3/2022).
Baca juga: Reksa Dana Pasar Uang Sebagai Alternatif Menyimpan Dana Darurat
Fitur Investasi di Jenius ini juga menyediakan
komposisi kategori produk investasi untuk pengguna jadikan referensi. Komposisi
portofolio ini Jenius siapkan sesuai dengan profil risiko
masing-masing pengguna, agar investasi bisa tumbuh lebih optimal.
Saat ini tersedia 17 produk investasi reksa dana dari tiga
manajer investasi, yaitu Ashmore, Mandiri, dan Schroders, serta empat kategori
produk, yaitu pasar uang, obligasi jangka pendek, obligasi jangka panjang, dan
ekuitas.
“Pengguna juga dapat dengan Simpel Memantau produk Investasi
di Jenius, cukup dengan mengakses halaman Wealth di aplikasi Jenius untuk
melihat informasi terkait performa portofolio, seperti Total Investment–total
investasi yang dimiliki serta Total Return Investasi–informasi return dalam
Rupiah beserta nilai persentasenya,” ungkap Waasi saat peluncuran Fitur
Investasi Jenius, Jumat (4/2/2022).
Baca juga: Potensi dan Minat Reksa Dana Syariah Cukup Besar di Indonesia
Dalam peluncuran fitur Investasi, Digital Banking Business
Product Head Bank BTPN Waasi B. Sumintardja menjelaskan, Jenius meluncurkan
fitur Investasi untuk menjawab kebutuhan mereka yang ingin mulai berinvestasi
dengan simpel langsung dari aplikasi Jenius.
“Fitur ini juga semakin melengkapi sederet fitur-fitur
revolusioner di aplikasi Jenius yang membantu digital
savvy untuk bertransaksi, mengatur cash flow, dan menabung dengan
mudah dan simple,” katanya di awal Februari lalu.
Fitur Investasi di Jenius ini juga menyediakan komposisi kategori produk investasi untuk pengguna jadikan referensi. Komposisi portofolio ini Jenius siapkan sesuai dengan profil risiko masing-masing pengguna, agar investasi bisa tumbuh lebih optimal.