Generasi Muda Muslim Indonesia Siap Adopsi Layanan Perbankan Syariah
Platform cloud-banking, Mambu merilis hasil riset berjudul Akikah dan Sistem Keuangan: Perubahan Wajah
Perbankan Syariah yang menyatakan, mayoritas pelanggan muda potensial untuk
keuangan syariah akan mengadopsi
perbankan syariah jika aksesnya dipermudah.
Dengan
sekitar 87 persen orang Indonesia yang beragama Islam, peluang pasar perbankan syariah di negara ini sangat besar.
Animo masyarakat Indonesia juga besar pada perbankan digital, ditambah pula
dengan penduduknya yang sebagian besar masih muda dengan tingkat kepemilikan
ponsel cerdas dan penetrasi internet yang sangat tinggi.
Inilah
yang memacu cepatnya penggunaan teknologi keuangan baru. Sebagai contoh, pasar
dompet elektronik (e-wallet) Indonesia
saat ini sedang mengalami booming dengan
proyeksi pangsa pasar mencapai USD25 miliar pada tahun 2025.
Baca juga: Resilience Saat Pandemi, Performa Bank Syariah Tetap Stabil dan Positif
Secara
spesifik, riset Mambu mencatat temuan sebanyak 78 persen remaja muslim
Indonesia memandang ketersediaan opsi perbankan online sebagai faktor penentu, di mana 70 persen mengatakan mereka
harus dapat berinvestasi tanpa bertemu langsung.
“74
persen mengatakan mereka harus dapat mengakses layanan bank lewat aplikasi
seluler, 80 persen mengungkapkan mereka harus dapat mengakses layanan perbankan
secara bebas, dari mana saja dan kapan saja. Hasil serupa juga ditemukan
di seluruh dunia," ungkap riset Mambu.
Managing
Director APAC Mambu Myles Bertrand menuturkan, laporan ini sangat relevan
bagi Indonesia, mengingat besarnya harapan generasi muda yang melek digital
akan produk dan layanan perbankan yang mereka inginkan dan butuhkan dalam cara
yang tepat bagi mereka.
Baca juga: KNEKS: Pembiayaan Bank Syariah Mampu Bersaing dengan Konvensional
“Perbankan
syariah sangat siap menghadapi reformasi total dan seharusnya sudah lama
menjalani perombakan digital di kawasan ini. Hasil survei ini menemukan
korelasi positif antara pemenuhan kebutuhan dan ekspektasi konsumen milenial
muda dan Gen Z dengan laju perubahan dalam industri keuangan syariah di seluruh
kawasan Asia Pasifik,” ucapnya.
Sementara
itu, Country General Manager Mambu Indonesia Husni Fuad menyatakan,
generasi muda muslim Indonesia sangat kritis terhadap perilaku beretika pada
bank mereka. Mereka juga menyoroti tuntutan atas perbankan dan lembaga keuangan
dalam menyediakan layanan perbankan online
atau berbasis aplikasi yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
“Patut dicatat bahwa 57 persen generasi muda muslim Indonesia yang saat ini belum menggunakan perbankan syariah mengaku siap menggunakannya jika aksesnya bisa lebih dipermudah. Angka ini mestinya menjadi motivasi besar bagi bank-bank di Indonesia untuk menjadikan penyediaan produk dan layanan digital sesuai Syariah sebagai prioritas utama,” ungkapnya dalam keterangan pers yang diterima Duitologi, Rabu (4/8/2021).
Meskipun
mayoritas berpenduduk muslim, pasar keuangan syariah di Indonesia sampai saat
ini masih kalah bersaing dengan industri layanan keuangan konvensional dengan
penetrasi perbankan syariah masih di bawah 10 persen dari total perbankan,
terhitung sejak November 2020.
Penggunaan
teknologi digital dan cloud-native berpotensi
menjadi kunci untuk mamacu penyerapan layanan keuangan di Indonesia, di samping
upaya menggenjot laju pasar keuangan syariah di negeri ini.
Riset Mambu
melakukan survei terhadap 2.000 konsumen muslim milenial dan Gen Z di seluruh
dunia menunjukkan layanan keuangan syariah di seluruh dunia semakin diminati,
dengan 53 persen responden mengaku akan memilih perbankan syariah jika
hambatan-hambatan yang ada saat ini ditiadakan.
Baca juga: Integrasikan Data Sistem Pembayaran, Bank Indonesia Luncurkan SPIP
Temuan
ini mencerminkan luasnya kebutuhan akan layanan perbankan beretika di tengah
pandemi Covid-19, mengingat pilihan konsumen pada pasca pandemi ini lebih
mempertimbangkan aspek jangka panjang dan kepedulian sosial.
Menurut
riset Mambu, 74 persen remaja muslim menyampaikan harapannya agar bank
melakukan investasi yang sesuai dengan aturan agamanya, sedangkan 75 persen
ingin agar bank melakukan investasi yang ‘membawa kemaslahatan bagi dunia’.
Lebih
spesifik lagi, hampir dua pertiga (62 persen) responden menentang pemberian pinjaman
bank kepada perusahaan rokok, dan 69 persen memilih agar bank mereka tidak
memberikan pinjaman kepada bandar-bandar judi resmi.
Baca juga: Asuransi Kesehatan Lindungi Risiko Finansial di Masa Pandemi
Chief
Customer Officer Mambu Elliott Limb mengatakan, konsumen muda menghendaki
adanya perubahan keuangan, tidak terkecuali dalam pasar keuangan syariah. Riset
kami menunjukkan bahwa tren perbankan syariah mencerminkan luasnya kebutuhan
akan praktik perbankan yang beretika seperti yang kita saksikan saat ini.
“Dengan 1,9 miliar penduduk muslim dunia yang kurang terlayani dengan baik, bank syariah dan konvensional jelas sama-sama berpeluang besar dalam memberikan solusi yang memenuhi kebutuhan konsumen modern,” katanya,