Laba Sebelum Pajak Maybank Indonesia Naik 28,5 Persen di Kuartal II 2021
PT Bank
Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia) mengumumkan Laporan
Keuangan Konsolidasian pada semester pertama 2021 dengan Laba sebelum
pajak (PBT) tercatat sebesar Rp762 miliar, turun 28,5 persen dari Rp1,1 triliun
pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sementara,
laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) tercatat
sebesar Rp510 miliar pada semester pertama 2021, turun 37 persen dari Rp810
miliar pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh dampak
pandemi Covid-19 yang berkelanjutan sejak kuartal pertama 2020.
Net
Interest Income (NII), atau Pendapatan Bunga Bersih turun 12,1 persen menjadi
Rp3,5 triliun seiring dengan penurunan penyaluran kredit dan yield kredit. Hal ini sejalan dengan
penurunan BI Rate dan dampak proses
restrukturisasi kredit yang sedang berlangsung bagi nasabah yang terdampak
pandemi.
Baca juga: Maybank Indonesia Catat Laba Sebelum Pajak Rp501 Miliar di Kuartal I 2021
Net
Interest Margin (NIM), atau Marjin Bunga Bersih turun 54 basis poin menjadi
4,47 persen pada Juni 2021, dibandingkan 5,01 persen pada periode yang sama
tahun lalu. Namun, NIM meningkat 12 basis poin dibandingkan kuartal pertama
2021 yang tercatat sebesar 4,35 persen, didukung oleh biaya bunga yang membaik.
Fee-based income turun 19,6 persen
menjadi Rp952 miliar di semester pertama 2021, akibat menurunnya pendapatan fee dari transaksi Global Market, namun fee terkait bancassurance bertumbuh 79,0 persen menjadi Rp106 miliar. Secara
kuartalan, pendapatan fee tumbuh 10
persen menjadi Rp498 miliar di kuartal kedua 2021 dari Rp453 miliar di kuartal
pertama 2021.
Turunnya
pendapatan bunga kredit dan fee-based
income akibat pandemi yang masih berlangsung dapat diimbangi oleh berbagai upaya
Maybank, diantaranya menekan biaya provisi, biaya kredit (credit cost) dan biaya overhead.
Baca juga: Pembentukan Holding Ultra Mikro Percepat Pemulihan Pelaku Usaha
Dalam
beberapa tahun terakhir, Maybank secara proaktif mengambil langkah konservatif
untuk mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis, khususnya
di tengah kondisi yang menantang. Langkah ini memberikan kontribusi pada
penurunan biaya provisi Maybank sebesar 21,6 persen menjadi Rp763 miliar dari
Rp1,01 triliun.
Selain itu, Maybank terus memantau dan mendampingi nasabah yang sedang menghadapi tantangan. Maybank juga mempertahankan risk posture pada tingkat yang memadai untuk menjaga kualitas asetnya, sehingga Maybank dapat mencatat rasio NPL (Konsolidasian) yang membaik menjadi 4,4 persen (gross) pada Juni 2021 dibandingkan 5,0 persen (gross) pada periode yang sama tahun lalu.
Maybank
berhasil mengendalikan biaya overhead,
yang tercatat turun 6,1 persen menjadi Rp2,9 triliun, didukung oleh upaya
berkelanjutan terhadap pengelolaan biaya di seluruh organisasi, termasuk
penerapan work from home selama
pandemi.
Seiring
dengan kondisi pasar saat ini, di mana industri perbankan menghadapi
perlambatan dalam pertumbuhan kredit, total kredit Maybank Indonesia juga turun
14,6 persen menjadi Rp98,8 triliun di tengah upaya Maybank memitigasi risiko
kredit selama masa pandemi.
Kredit
Community Financial Services (CFS) turun 17,5 persen disebabkan oleh penurunan
kredit CFS Non-Ritel sebesar 22,3 persen dan penurunan kredit CFS-Ritel sebesar
12,0 persen. Kredit Global Banking (GB) juga turun 8,2 persen.
Baca juga: Empat Strategi Pemerintah Menjaga Pertumbuhan Pemulihan Ekonomi 2021
Namun,
penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih bertumbuh positif sebesar 1,2
persen pada semester pertama 2021 menjadi Rp14,4 triliun dari Rp 14,2 triliun
pada periode yang sama tahun lalu. Secara kuartalan, KPR tumbuh 2,5 persen dari
Rp14,1 triliun di kuartal pertama 2021.
Total
simpanan nasabah meningkat 1,6 persen menjadi Rp107,4 triliun pada semester
pertama 2021. Maybank menerapkan berbagai strategi untuk mempertahankan
likuiditas yang kuat dan basis pendanaan yang efisien dengan meningkatkan dana
murah dan mengurangi dana berbiaya tinggi.
Strategi
tersebut berkontribusi pada peningkatan CASA, yang bertumbuh 6,4 persen menjadi
Rp45,1 triliun. Rasio CASA juga naik menjadi 41,9 persen pada Juni 2021
dibandingkan 40,0 persen pada Juni 2020.
Baca juga: Apa Dampak PPKM Darurat Juli 2021 pada Belanja Online?
Rasio
Kredit terhadap Simpanan atau Loan to DepositRatio (LDR) berada di posisi yang
sehat, pada level 80,1 persen. Sementara Rasio Kecukupan Likuiditas atau Liquidity
Coverage Ratio (LCR), tercatat sebesar 188,97 persen pada semester pertama
2021, jauh di atas ketentuan minimum sebesar 100 persen.
Posisi permodalan Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 26,3 persen pada Juni 2021 dibanding 22,1 persen pada periode yang sama tahun lalu. Total modal Bank tercatat naik menjadi Rp27,2 triliun pada Juni 2021 dari Rp26,4 triliun pada Juni 2020.