Resilience Saat Pandemi, Performa Bank Syariah Tetap Stabil dan Positif
Sektor perbankan
syariah di Indonesia masih menunjukan kemampuannya bertahan di tengah krisis pandemi
Covid-19. Hal itu dibuktikan portofolio bisnis dan kinerja bank syariah,
termasuk di pasar modal yang cenderung stabil.
Hal
tersebut disampaikan oleh Chief of Economist Bank
Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, performa
positif dari bank syariah di Indonesia ini menunjukan bahwa bank syariah di
Indonesia secara fundamental bisa menjadi salah satu motor dalam pemulihan
ekonomi nasional.
Menurutnya,
perbankan syariah mampu tumbuh kuat di tengah pandemi dan resilience di masa pandemi baik dari segi aset, pembiayaan,
dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah tumbuh di atas perbankan nasional.
Baca juga: BSI Ubah Skema Migrasi Nasabah di Masa PPKM Darurat
“Sebagai
catatan sampai dengan maret 2021, kita melihat ada pertumbuhan secara aset
perbankan syariah sebesar 12,8 persen lebih tinggi dari perbankan konvensional
dan perbankan nasional,” katanya dalam acara Webinar Pasar Modal Syariah Indonesia yang
diadakan oleh BSI pada Rabu (7/7/2021).
Dalam pasar
modal, tren keuangan syariah cenderung stabil dan dikatakan bertumbuh. Hal
tersebut karena para investor retail menganggap berinvestasi di saham syariah
dan sukuk syariah lebih aman dan stabil di masa pandemi seperti saat ini. Jika
tren positif tersebut terus terjaga, maka potensi ekonomi syariah di Indonesia
semakin membesar akan tercapai ketika masa pandemi berakhir.
Investor
ritel tumbuh luar biasa (investor 1 lot 2 lot) dan memberikan pertumbuhan yang
signifikan. Jumlah kepemilikan reksadana syariah dan sukuk korporasi juga
meningkat. Hal ini mengindikasikan pasar modal syariah tidak hanya potensi
tumbuh, tapi sudah menggambarkan pertumbuhan.
Baca juga: Ini Syarat Perjalanan Dalam Negeri Selama PPKM Darurat
“Kalau tren
ini terjaga, setelah Covid-19 selesai kita akan lihat dominasi pasar modal
syariah yang luar biasa terhadap perekonomian Indonesia, dan memberikan
sumbangan positif terjadap ekonomi Indonesia dan ekonomi syariah lebih besar
lagi,” jelas Banjaran.
Terkait
dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), berdasarkan data Bursa
Efek Indonesia (BEI), BSI merupakan salah satu emiten yang paling
stabil. Dalam pantauan 6 bulan terakhir sejak BSI diluncurkan pada 1 Feb 2021,
emiten dengan kode BRIS ini stabil pada angka 2.350-2.190.
Perfoma BSI
di pasar modal diperlihatkan dengan meningkatnya performa saham BRIS selama
sebulan terakhir yakni meningkat 20 persen, walaupun kondisi market sedang
diguncang oleh pandemi Covid-19 sejak awal Juni 2021.
Baca juga: PPKM Darurat Jawa Bali, BEI Sesuaikan Jam Perdagangan Bursa
Banjaran
melihat, perolehan tren positif yang terus diperoleh bank syariah di Indonesia
juga dikarenakan kemampuan bank syariah di Indonesia dalam menciptakan layanan
berbasis digital yang lebih memudahkan masyarakat dan nasabahnya. Hal ini
dikarenakan, produk bank syariah di Indonesia bisa masuk ke sektor-sektor mikro
yang menjadi hajat hidup orang banyak.
“Sektor
IT akan jadi tumpuan, juga jasa kesehatan dan kegiatan sosial, tetapi kita
harus lihat overheat dari dua jasa
terakhir tadi, dimana akan ada batas atas dari dua jasa tadi. Uprise akan ada di sektor pertanian,
perikanan, dan kehutanan. Sektor yang akan rebound
lebih awal itu perdagangan besar dan eceran,” ujarnya.
Direktur Wholesale Transactional Banking BSI Kusman Yandi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu wujud komitmen BSI kepada masyarakat Indonesia dalam menciptakan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah yang lebih inklusif. Sekaligus dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat terhadap ekonomi perbankan syariah.