Saatnya Investor Melirik Startup Daerah
Pertumbuhan startup
di Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Menurut catatan Startup
Ranking, jumlah startup di Indonesia
mencapai 2.219 perusahaan di tahun 2021. Meski demikian, mayoritas startup masih berdomisili di Pulau Jawa,
khususnya Jabodetabek.
Padahal, semakin banyak inovator lokal dengan ide dan
inovasi menarik yang muncul beberapa tahun terakhir, antara lain startup teknologi akuakultur E-Fishery
asal Jawa Barat, layanan kesehatan mental
on-demand Riliv asal Surabaya, dan aplikasi pengelolaan sampah Gringgo asal
Bali.
Salah satu kunci pertumbuhan startup yang merata adalah akses pendanaan yang terjangkau di
seluruh daerah. Menurut Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia
(AMVESINDO), ekosistem startup daerah
sebetulnya sudah mulai terbentuk dengan adanya perusahaan modal ventura daerah
(PMVD).
Baca juga: DSC XI: Minat Bisnis Wirausaha Muda Tetap Tinggi di Masa Pandemi
Sayangnya, sorotan dan perhatian pada PMVD dan startup di daerah lebih minim dibanding
di kota-kota besar. Sehingga, perlu adanya titik temu antara kebutuhan dan
kemampuan keduanya agar tercapai kemitraan investasi yang solid.
Wakil Ketua I AMVESINDO William Gozali menjelaskan, minimnya network ke investor memang masih
jadi masalah utama yang dihadapi startup
daerah. “Kami berharap semakin banyak startup
daerah yang berani pitching (presentasi)
seperti startup di kota-kota besar,”
katanya.
Ketua Bidang Keanggotaan AMVESINDO Rimawan Yasin mengungkapkan,
dari sisi investor daerah, saatnya PMVD beranjak dari zona nyaman dengan
menjajal beragam vertikal bisnis baru yang lebih menantang.
Baca juga: 5 Kunci Menjadi Wirausaha Sosial Sukses
“Hampir 90 persen PMVD masih terbiasa dengan pembiayaan produktif yang disalurkan ke sektor riil. Salah satu penyebabnya karena masih kurang eksplorasi dan kurang berani bermain pada sektor lain yang lebih beragam,” jelas Rimawan.
Berkembangnya Permintaan Pendanaan Tahap Awal
Menurut data Tech in Asia, sepanjang 2020, pendanaan paling
banyak diberikan untuk startup tahap
awal. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan pendanaan tahap awal, seiring
banyaknya startup baru yang lahir.
Menurut William, selain akses pendanaan, startup daerah juga rentan mengalami
tantangan sustainability bisnis
karena minimnya support system untuk
perkembangan bisnis mereka. “Tahap awal adalah tahap yang krusial bagi startup, karena di tahap ini, startup tidak hanya membutuhkan dana
untuk pengembangan produk dan set up sistem saja.
“Namun juga butuh peran mentoring dari investor, bagaimana
menerapkan mitigasi risiko dan menentukan strategi revenue yang tepat. Sayang sekali apabila ide-ide produk atau
bisnis yang menarik tidak mampu bertahan karena founders mengambil langkah yang tidak tepat,” tambah William.
Baca juga: Social Enterprise Akan Memperkaya Entrepreneurship
Innovator dan Investor Daerah Didorong Tumbuh Bersama
Saat ini, perusahaan modal ventura daerah (PMVD) hadir di
berbagai wilayah, seperti Sumatra, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, hingga
Maluku, dan sudah menjadi anggota AMVESINDO. Pendekatan PMVD kepada calon investor di
daerah juga umumnya masih konvensional
“Serupa dengan bank, dimana penilaian PMVD berbasis laporan
proyeksi (projection report) dan
verifikasi SLIK OJK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) pada pengurus dan
pemilik perusahaan. Berbeda dengan indikator penilaian PMV dan VC Tech yang
menilai mulai dari profil founder,
kualifikasi produk, hingga proyeksi keuangan,” terang.
Mengusung semangat inklusivitas, ajang ini digelar untuk memberikan kesempatan para investor dan startup lokal untuk bertemu, dan untuk menemukan inovator-inovator terbaik yang tidak hanya ada di kota-kota besar, namun juga di seluruh daerah di Indonesia.