Pemulihan Ekonomi Melalui Fintech, Adakah Peluangnya?
Adanya isu vaksinasi sejak Desember lalu seperti membawa
harapan baru dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah sendiri telah
mengeluarkan banyak kebijakan seperti restrukturisasi kredit dan bantuan
sosial untuk mempercepat PEN.
Bicara soal pemulihan ekonomi, Ekonom dan Peneliti INDEF Bhima Yudhistira
menyebut, ada tiga sektor lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan di tengah
pandemi, yaitu informasi dan komunikasi 10.58 persen, jasa keuangan dan
asuransi 3.25 persen, dan pertanian sebesar 1.75 persen.
Dengan demikian ketiga sektor ini dapat dioptimalkan dengan
baik, terutama perpaduan antara informasi dan komunikasi dengan jasa keuangan,
yang mana kini dikenal sebagai financial technology atau fintech.
Baca juga: UMKM Harus Melek Digital dan Pandai Membaca Peluang di Era Pandemi
Bhima juga mengungkapkan, ada tiga peran fintech yang bisa
dimanfaatkan oleh para pelaku pengusaha fintech
untuk mengambil peran dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yaitu fokus menumbuhkan
literasi finansial, the internet of cash,
dan melakukan lebih banyak sinergi dengan perusahaan non-fintech.
“2021 gimana? 2021 sebenarnya feeling-nya masih mix,
jadi masih banyak pengusaha yang masih mix,”
jawab Ekonom dan Peneliti INDEF Bhima Yudhistira dalam diskusi Seminar Ekonomi
Makro yang digelar Amartha.
Bhima menambahkan, sebanyak 68,5 persen fintech hanya berkolaborasi dengan kurang dari lima institusi
keuangan. Perlu akomodasi regulasi yang mempercepat kolaborasi fintech dengan perusahaan non-fintech.
Baca juga: Studi Visa: Konsumen Indonesia Lebih Memilih Produk Lokal di E-Commerce
Saat ini hanya 14 persen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang gabung ke platform
digital. Artinya, 86 persen itu masih banyak yang melakukan transaksi secara
fisik. Kondisi ini bisa menjadi momentum untuk UMKM yang mayoritas generasi X
dan Boomer untuk menjalankan bisnis secara digital.
“Mereka mulai diajarin sama anaknya gimana caranya
menggunakan smartphone yang baik,
gimana bikin pinjaman di fintech tapi
ke fintech yang responsible, fintech yang
kredibel. Nah itu ke depan trennya kelihatannya, mau pandemi berlanjut atau pun
selesai, kata Bappenas ini akan menjadi tren yang sifatnya permanen.” jelas
Bhima.
Menanggapi pernyataan Bhima tersebut, Chief Risk and
Sustainability Officer (CRSO) Amartha Aria Widyanto menerangkan,
tren ini adalah kesempatan untuk Amartha mendorong visi dan misinya untuk
mewujudkan kesejahteraan merata di masyarakat piramida bawah.
“Ini adalah opportunity buat kita untuk membantu para mitra usaha agar mereka bisa bertransformasi ke digital karena mau tidak mau ini adalah sebuah keniscayaan bukan hanya masalah survival tetapi kedepannya kita memang harus bisa mengadopsi dan mengadaptasi platform digital,” ungkapnya.