Bank DBS: Ekonomi Indonesia 2021 Diperkirakan Tumbuh 4 Persen
Dalam laporan Bank DBS berjudul Regional
Market Focus: Regional Strategy, pertumbuhan ekonomi Indonesia dilaporkan
akan terus membaik dengan permintaan domestik dan belanja pemerintah yang akan
menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia.
Total belanja Pemerintah Indonesia dalam APBN 2021 sebesar
Rp2.750 triliun atau 15,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dengan asumsi
pertumbuhan ekonomi 5 persen. Defisit anggaran dalam APBN 2021 direncanakan 5,7
persen, sedikit lebih kecil dari defisit anggaran pada 2020 yakni 6,34 persen.
Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani,
pada acara Refleksi Awal Tahun 2021, anggaran untuk penanganan COVID-19 dan
pemulihan ekonomi nasional tahun 2021 dialokasikan sebesar Rp403,9 triliun, di
mana sebelumnya ditetapkan sebesar Rp372,3 triliun.
Baca juga: Peran Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi
Anggaran tersebut akan digunakan membiayai enam program
utama yakni kesehatan dengan anggaran, perlindungan sosial, sektoral
kementerian dan lembaga, dukungan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pembiayaan korporasi
dengan anggaran, dan insentif usaha.
Bank DBS memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2021 sebesar 4 persen, lebih rendah dibanding proyeksi APBN 2021 dan Bank Indonesia (BI) sekitar 4,8-5,8
persen. “Dengan prospek pertumbuhan yang lebih baik pada 2021, pemulihan siklus
(cyclical recovery) dan pertumbuhan
domestik akan menjadi tema utama tahun depan,” tulis laporan yang terbit pada
awal Desember 2020.
Seiring berakhirnya ketidakpastian politik di AS dan
ketersediaan vaksin COVID-19, aliran modal asing ke emerging market, termasuk Indonesia, yang melemah pada dua tahun
terakhir diprediksi akan membaik pada tahun mendatang.
Baca juga: Pelaku Bisnis Optimis 2021 Kondisi Ekonomi Indonesia Membaik
Perkiraan ini juga dipicu stabilnya dolar AS dan rupiah
Indonesia. Aliran modal asing ini akan berdampak besar bagi IHSG, khususnya
pada saham-saham berkapitalisasi besar (the
big cap stocks) seperti saham perbankan. Aliran modal asing ini akan
mendorong kinerja IHSG lebih baik lagi pada 2021.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan yang rendah dan fokus pada dukungan kebijakan non-konvensional. Obligasi Rupiah diprediksi akan menjadi daya tarik baru jika disertai dengan rasio penawaran yang lebih tinggi dalam lelang, sehingga investor dapat memperoleh keuntungan dengan dukungan bank sentral.
Guna menenangkan kegelisahan para investor pasar modal
terhadap kebijakan defisit anggaran yang lebih besar untuk membantu
perekonomian nasional, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memastikan BI akan tetap
pada posisinya sebagai standby buyer
pada tahun depan untuk mendukung pemulihan ekonomi.