Keluarga Perlu Investasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Perkembangan industri Pasar Modal Syariah terus didorong untuk menjadi salah satu pilihan investasi bagi masyarakat. Hal itu didorong karena pemerintah memiliki misi menjadikan Indonesia sebagai Pusat Ekonomi Islam.
Berdasarkan data, jumlah investor di Pasar Modal Syariah yang terus meningkat, yaitu sebesar 41 persen menjadi 62.840 investor sampai dengan November 2019. Per Oktober 2019, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tercatat tumbuh 51 persen sejak diluncurkan pada 2011 yang lalu, yang dalam indeks tersebut terdapat 413 saham syariah mencakup 63 persen dari total saham yang tercatat di BEI.
Baca juga : Bagaimana Pengelolaan Keuangan Keluarga yang Ideal?
Menilai investasi khususnya prinsip syariah, Owner ZAP Finance Prita Hapsari Ghozie mengakui, cara pandang mengenai investasi erat kaitannya dengan perencanaan yang baik. Tanpa perencanaan yang baik, investasi justru akan menjadi tidak optimal karena tidak disertai strategi keuangan yang baik.
“Setiap orang khususnya milenial bisa melakukan perencanaan keuangan supaya bisa mengatur keuangannya. Ilmu keuangan manjadi hal yang sangat percuma kalau kita masih melakukan penghamburan uang,” katanya dalam diskusi Investasi Syariah untuk Kaum Muda dan Keluarga di acara Sharia Investment Week 2019 di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta (23/11/2019).
Lalu bagaimana supaya bisa berinvestasi? Prita menjelaskan, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan financial check-up untuk mengetahui apakah kondisi keuangan dalam kondisi sehat atau tidak. Untuk mengetahuinya, apa pertanyaan yang harus dijawab, yaitu apakah punya utang, apakah pengeluaran lebih besar dari penghasilan, punya dana darurat tidak, dan apakah punya tabungan?
Apabila kondisi keuangan Anda tergolong sehat, Anda perlu membuat perencanaan keuangan yang baik. Langkah pertama adalah Anda harus tahu tujuan yang ingin dicapai. Setelah itu, Anda bisa mulai dengan menghitung kebutuhan untuk mencapai tujuan atau mimpi tersebut.
Baca juga : Menghindari Kesalahan Mengatur Keuangan Keluarga
Cara yang bisa menghitung kebutuhan tersebut adalah dengan mengatur pos pengeluaran bulanan. Banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya dengan membaginya dalam bentuk persentase. Prita mengingatkan, meski persentase pos pengeluaran tersebut penting, namun jangan dibuat kaku.
Ada tujuh pos pengeluaran yang bisa dipakai dalam mengelola keuangan. Table persentase pos pengeluaran mengambil contoh penghasilan per bulan mulai dari Rp5.000.000 sampai Rp 15.000.000.
Pos |
% |
Rp5.000.000 |
Rp10.000.000 |
Rp15.000.000 |
Zakat, sedekah, dan sosial |
5% |
Rp250.000 |
Rp500.000 |
Rp750.000 |
Dana darurat |
5% |
Rp250.000 |
Rp500.000 |
Rp750.000 |
Premi asuransi |
5% |
Rp250.000 |
Rp500.000 |
Rp750.000 |
Biaya hidup bulanan & cicilan |
60% |
Rp3.000.000 |
Rp6.000.000 |
Rp9.000.000 |
Nabung pembelian besar |
5% |
Rp250.000 |
Rp500.000 |
Rp750.000 |
Investasi masa depan |
10% |
Rp500.000 |
Rp1.000.000 |
Rp1.500.000 |
Gaya hidup & hiburan |
10% |
Rp500.000 |
Rp1.000.000 |
Rp1.500.000 |
Sumber: ZAP Finance
Dengan melihat persentase pos pengeluaran keuangan tersebut, Anda akan tahu berapa besar uang yang harus disisihkan dan menyusun strategi investasi masa depan. Untuk berinvestasi, Anda juga harus paham investasi atau produk keuangan apa yang akan diambil. “Nah baru kita pilah-pilah mulai dari investasi langsung seperti saham, SBR, sukuk tabungan, atau mau investasi tidak langsung dengan investasi reksa dana,” jelas Prita.
Baca juga : Tips Investasi Reksa Dana untuk Ibu Rumah Tangga
Setiap orang atau keluarga juga harus bisa menentukan tujuan keuangan. Setidaknya ada enam fokus tujuan keuangan yang bisa diambil, yaitu rumah tinggal, dana darurat, ibadah religi, dana membesarkan anak, dana hidup masa depan, dan dana sosial.
Hal penting yang harus diingat oleh semua orang adalah untuk mencapai tujuan keuangan itu membutuhkan proses. Tidak ada yang instan untuk mencapai tujuan keuangan yang baik di masa depan. “Nah, yang namanya perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan keuangan itu butuh proses, tidak ada yang instan,” ungkap prita diakhir sesi diskusi.