Bagaimana Peluang Investasi Emas di Tahun Babi Tanah
Emas atau logam mulia bisa menjadi pilihan alternatif
investasi jangka panjang yang cukup menarik dan menguntungkan. Hal itu bisa
dilihat dari tren harganya setiap tahun cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan
hitungan duitologi.com, sepanjang
periode Januari hingga Desember 2018, harga emas meningkat senilai Rp29.355 per gram atau sebesar 5,173 persen. Sementara di tahun
2017, harga emas di periode yang sama mengalami peningkatan cukup signifikan
sebesar 12,28 persen atau senilai Rp69.686 per gram.
Bagaimana dengan peluang investasi emas di tahun Babi Tanah? Pakar Fengshui Dian Setyawan menilai investasi di tahun ini erat kaitannya dengan elemen air dan logam. Investasi seperti pasar modal memiliki sifat air, sedangkan investasi jangka panjang memiliki sifat logam.
Baca juga: Harga Emas Cenderung Menguat Sepanjang Tahun 2018
Investasi bersifat logam ini, salah
satunya adalah emas. Itu artinya tahun ini, investasi emas kurang begitu
bagus, namun kondisi itu juga sangat tergantung dengan pribadi masing-masing. “Ini
kita bilang harga juga tidak bersahabat. Namun, tidak selamanya investasi
emas itu tidak untung. Emas itu masih tergantung pelakunya, kalau pelaku
pengetahuannya ada dia akan mendulang untung,” katanya seperti dikutip dari
laman suara.com (27/1/2019).
Selain disebut sebagai tahun Babi Tanah, tahun ini juga merupakan tahun politik di Indonesia. Pada 17 April mendatang, seluruh masyarakat Indonesia akan menggelar pesta demokrasi dengan melakukan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres).
Konsultan fengsui yang akrab di sapa Mas Dian ini memprediksi
tahun ini akan memanas. Kondisi tersebut akan memengaruhi keadaan pasar
Indonesia. Hal ini tentunya juga akan memengaruhi tindakan investor dalam
menanamkan uangnya.
Jika pasar merespons positif siapa pun presiden terpilih, harga emas kemungkinan bisa terkoreksi. Namun, penurunan harga tersebut masih akan mengalami fluktuasi seiring berjalannya tahun. Jadi, masih bisa berharap harga emas mengalami kenaikan di sisa tahun.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar yang berpendapat,
investasi emas masih menjanjikan sepanjang 2019 karena Fed yang mengurangi
keagresifannya dalam siklus kenaikan suku bunga. Saat ini ada ada
dua produk emas fisik yang paling umum dikenal masyarakat, yakni emas Antam dan
UBS.
Emas fisik cocok untuk investor dengan tipe konservatif.
Harganya terbilang menarik walaupun nilai tukar (volatilitas) rupiah cukup
tinggi terhadap dolar AS. “Jadi, jika rupiah menguat, maka sentimen ini dapat
menekan harga emas fisik,” kata Deddy seperti dikutip dari laman market.bisnis.com (28/2/2019).
Dia memprediksi, ada kemungkinan harga emas Antam pada 2019 mencapai level Rp700.000 per gram. Hal ini bisa terjadi jika harga emas global mendekati posisi USD1.400 per troy ounce, dan rupiah tergelincir ke Rp14.500 per dolar AS.
Sementara itu, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo
Laksono menyampaikan, pada tahun 2019 ini ada potensi bullish (kecenderungan harga untuk bergerak naik) pada produk emas dibandingkan
tahun lalu. Memang emas fisik memiliki imbal hasil yang tidak terlalu besar,
sehingga investor disarankan menjadikannya sebagai tabungan atau investasi
jangka panjang.
“Per tahun, potensi return
berkisar 5-10 persen. Jadi, ada baiknya investasi emas fisik juga jangka
panjang 5-10 tahun,” tuturnya. Wahyu pun menyebut, tantangan berinvestasi emas
fisik adalah persoalan penyimpanan. Bila menaruh di bank misalnya, akan ada
biaya bulanan yang harus dibayar investor.
Baca juga: Untung Rugi Investasi Emas Saat Rupiah Melemah
Perencana Keuangan dari ZAP Finance Prita Hapsari Ghozie
mengatakan, sebagai komoditas, harga emas tentunya ditentukan oleh faktor
permintaan dan suplai. Selain itu, investor turut mempertimbangkan nilai tukar
mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS. Sehingga bisa saja ketika harga
emas dalam dolar AS naik, tetapi rupiah juga menguat, maka harga emas akan sama
saja bagi investor.
Sebagai sarana investasi, masyarakat sudah menyadari lebih
baik membeli emas batangan dibandingkan perhiasan, karena fluktuasi harga
perhiasan yang tidak terlalu besar. Selain itu, harga perhiasan turut
memperhitungkan biaya pembentukan aksesori.
Terlepas dari prediksi di atas, investasi emas merupakan
jenis investasi jangka panjang. Jadi, bila di Tahun Babi Tanah ini dianggap
belum menguntungkan, bisa saja 2-10 tahun mendatang keuntungan bisa didapat
dari investasi emas tersebut.